Rut 1:16
Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu52[/kitab]; [kitab]kisah24[/kitab]; [kitab]imama14-15[/kitab]
Aku tidak yakin kita sering memandang cinta sebagai sebuah pilihan. Kita dibangkitkan dengan imajinasi fantastis yang menghanyutkan kita ke tempat-tempat di mana kita akan jatuh cinta tak berdaya dengan orang lain. Berdasarkan film zaman sekarang, orang mungkin berpikir bahwa bahkan jika seseorang sudah memberikan penolakan, cinta menjadi tidak akan ada gunanya. Jelas, cinta telah menyita dan dia tidak berdaya dalam genggamannya. Hampir sebagian dari kita suka mengharapkan hal tersebut terjadi dalam kehidupan. Kita pasif dan menunggu kekuatan cinta yang Mahakuasa menampar wajah kita. Namun, terkadang itu tidak terjadi.
Pada musim gugur 2003, aku pindah ke Republik Dominika dan masuk ke suatu komunitas kecil yang di dalamnya adalah para misionaris. Dibesarkan di sebuah kota besar, saat itu aku justru harus pergi ke sebuah kota kecil. Semua orang saling mengetahui satu lainnya dan tidak akan ada yang bisa dilakukan tanpa sepengetahuan orang lain. Namun di Republik Dominika, awalnya aku menolak ini. Aku memasang dinding dan terus membuat jarak yang aman dari semua orang. Tampaknya aku mengasihi mereka, tetapi sesungguhnya, aku hanya hidup berdampingan dengan mereka. Sementara itu, aku menunggu cinta untuk menghantam.
Tapi setelah beberapa saat, aku melihat cinta tidak mengalir secara alami dari diriku. Aku tahu itu bukan kesalahan dari orang-orang yang luar biasa di sekitarku. Mereka begitu sayang kepadaku dan itu masih kurasakan. Itu kesalahanku. Aku merasa bahwa Allah telah mengempaskanku di sebuah desa yang antah berantah di Republik Dominika dengan pilihan selain untuk membuat yang terbaik dari sana. Dan meskipun membutuhkan waktu, akhirnya, itulah yang aku lakukan.
Dengan jarangnya listrik, seringkali tidak ada hal yang bisa dilakukan kecuali duduk-duduk ditemani lilin dan berbicara selama berjam-jam pada suatu waktu. Itu adalah hidup sederhana, melucuti sampai ke dasar, dan yang tersisa adalah sangat sedikit kepura-puraan. Melalui berbagai jenis pertemuan yang apa adanya, aku belajar bahwa cinta bukanlah yang memilih kita, kitalah yang memilihnya.
Demikian pula, ketika kita melihat bab pertama dari Kitab Rut, kita melihat bahwa Rut memilih untuk mengasihi Naomi, bahkan ketika konsekuensi yang harus diterimanya tampak suram. Jika Rut berbalik dan meninggalkan Naomi, dia akan memiliki waktu lebih mudah untuk menikah lagi, yang mana pada zaman itu hal tersebut merupakan sesuatu yang layak bagi seorang perempuan. Dia masih muda. Dia bisa benar-benar melakukan sesuatu dengan hidupnya jika ia hanya tinggal dengan orang-orang dari kaumnya ... dan itulah yang didesak oleh Naomi untuk dilakukan menantunya. Namun Rut menjawab:
"Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" (Rut 1: 16,17).
Dalam Rut 1:18, kita membaca bahwa Naomi akhirnya menyadari bahwa Rut "sudah memutuskan". Cinta level rendah tidak akan pernah cukup. Dibutuhkan cinta yang yang sengaja, keras kepala untuk membuktikan kepada Naomi bahwa Rut serius tentang komitmennya. Naomi adalah hampir satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh Rut. Mungkin dia bukanlah anggota keluarga yang dipilih oleh Rut untuk dicintai, tetapi Rut akhirnya memilih untuk mencintainya.
Kita semua telah ditempatkan di bumi bersama-sama karena suatu alasan, dan sulitnya dari cinta adalah apa yang memungkinkannya untuk menjadi begitu kuat. Ketika kita tidak mempunyai pilihan tentang siapa yang akan kita cintai, cinta menjadi lebih sulit. Mungkin kita perlu berhenti menunggu perasaan cinta. Faktanya adalah, ketika kita tidak bisa memilih orang yang kita cintai, kita memilih untuk mengasihi orang-orang yang kita miliki, dan itu adalah pengalaman yang jauh lebih kaya. Dan dalam melakukannya, kita merenungkan kasih Allah, yang memilih untuk mengasihi kita sebelum kita mengasihi-Nya.
1 Petrus 1:22 mengatakan, "... hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu." Jenis cinta ini bukanlah kata benda, bukan kata sifat, melainkan kata kerja. Ini adalah tindakan yang sangat disengaja. Itulah kasih Bapa kita dan kasih-Nya memanggil kita untuk melakukannya kepada yang lain juga.
Copyright Kim DeHoog. Digunakan dengan izin.
Jangan Ditunda-Tunda, Pastikan Hari ini Kamu Memutuskan Untuk Mengasihi Orang-Orang yang Kamu Jumpai, Siapapun Mereka.